MALAM BERDARAH

MALAM  BERDARAH

http://kampungpadi.files.wordpress.com/2009/10/pancasilasakti.jpg?w=390&h=259

Sepekan sebelum hari peristiwa yang menggoncangkan kehidupan berbangsa dan bernegara itu terjadi, sejarah mencatat rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh  pejabat Pemerintah dan Tentara Nasional Indonesia serta petinggi Partai Komunis Indonesia.

Sepekan menjelang

https://i0.wp.com/images.travelpod.com/users/nickpalfreyman/indonick.1201454340.young_suharto.bmphttp://serbasejarah.files.wordpress.com/2010/03/letkol-untung.jpg21 September 1965.    Pangkostrad Mayjen Suharto memerintahkan pemberangkatan Batalyon 454/Diponegoro dan Batalyon 530/Brawijaya ke Jakarta dengan seluruhnya membawa perlengkapan tempur garis 1, melalui radiogram tanggal 19 September 1965, No.T.220/9, dan tanggal 21 September 1965, No. T.239/9.   Mereka harus sudah berada di Jakarta pada tanggal 28 September 1965 guna mengikuti persiapan memperingati Hari ABRI tanggal 5 Oktober.

28 September 1965.     Pada tanggal kedatangan kedua batalyon Dharma Putra Kostrad itu di Jakarta, Dewan Harian Politbiro CC PKI mengadakan rapat yang memutuskan mendukung gerakan “Kelompok Perwira Muda Berpikiran Maju” untuk mendahului mengadakan gerakan memukul TNI/AD sebelum PKI dihancurkan.   Pembagian tugas dirumuskan dimana 4 batalyon sukarelawan yang sedang dilatih di desa Lubangbuaya akan dilibatkan dan Syam akan mengorganisir 1 juta massa, semuanya untuk mendukung gerakan militer “Kelompok Perwira Muda Berpikiran Maju” yang dimotori oleh Brigjen Supardjo, Pangkopur-II/Kolaga, Kolonel A.Latief, Danbrigif-I/Jayasakti Kodam-V Jaya, dan Letkol. Untung, Danyon-1/Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa.    Hari-H ditentukan tanggal 30 September 1965, dilakukan oleh pasukan dari Kodam V/Jaya yang akan digerakkan  Kolonel A.Latief, dua batalyon dari Kodam Diponegoro dan Brawijaya yang sudah berada di Jakarta, semuanya pendukung “Kelompok Perwira Muda Berpikiran Maju”.   Sebagai Komandan gerakan militer ditunjuk Letkol Inf. Untung Samsuri yang tugas resminya menjaga keselamatan Presiden, meskipun pangkatnya lebih rendah daripada Brigjen Supardjo dan Kolonel A.Latief.    Penunjukan itu bertujuan politis agar mudah dipahami oleh masyarakat bahwa gerakan itu bertujuan untuk mengamankan dan menyelamatkan presiden Sukarno dari suatu upaya makar terhadap presiden.

29 September 1965.   Brigjen Supardjo, Panglima Komando Tempur dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia untuk wilayah Kalimantan Barat, datang  di Jakarta tercatat untuk berkonsultasi mengenai tugasnya sebagai Pangkopur.

30 September 1965

https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/dn-aidit.jpg?w=148Di Istana Merdeka yang bertugas jaga saat itu adalah Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa dengan komandan Letkol. Untung.   Karena pada malamnya presiden juga akan ke Istora Senayan, maka pengamanan presiden di Istora Senayan dan sekitarnya pun menjadi tanggungjawab Letkol Untung.

Pukul 10.00    Atas perintah Ketua CC PKI, DN Aidit, Letkol Untung memberikan pengarahan di desa Lubang Buaya.   Hadir dalam pengarahan ini, Kolonel A.Latief,  Kapten Suradi Prawirohardjo, Kasi-1 Brigif-1/Jayasakati Kodam-V Jaya, Mayor U Sujono, Mayor U Gathot Sukrisno, Mayor Sukirno, Danyon-454/Raiders Kostrad Jawa Tengah,  Kapten Kuncoro, Wadanyon-454/Raiders,  Mayor Bambang Supeno, Danyon-530/Raiders Kostrad Jawa Timur, Syam Kamaruzzaman dan Supono.

https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/img_0191copy.jpg?w=184Komandan PAU Wing Ops 003 Iswahyudi, Madiun,  Komodor U Soewondo, dan Inspektur Hukum AURI, Komodor U Soerjono, datang ke MBAU di Jakarta untuk menemui Deputi Operasi / Direktur Intelijen, Komodor U Ignatius Dewanto, namun tidak bisa bertemu karena tidak ada di tempat.   Mereka diterima oleh Asisten Durektur Intelijen Udara, Letkol. U Heru Atmodjo.     Kepada Letkol. U Heru Atmodjo, disampaikan adanya organisasi massa PKI yang melakukan demonstrasi di dekat pangkalan sehingga memanaskan situasi politik di Madiun.     Informasi dari Madiun itu akan segera dilaporkan kepada Komodor U Ign. Dewanto yang sedang bersama Men/Pangau Laksdya U Omar Dani di suatu tempat mungkin di PAU Halim PK.

Pukul 19.00.    Presiden Sukarno menghadiri acara pembukaan Munastek (Musyawarah Nasional Teknik) di Istora Senayan.      Munastek diprakarsai oleh TNI/AD dan PII (Persatuan Insinyur Indonesia).   Komandan Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur, berada di Bandung memberikan ceramah di Seskoad dan bermalam di daerah asalnya Sumedang, sehingga tanggungjawab pengamanan presiden malam itu sepenuhnya berada di tangan Wakil Komandan http://catatanbujangan.files.wordpress.com/2010/01/saelan.jpgResimen Cakrabirawa, Kolonel CPM Maulwi Saelan.    Ia mengingatkan Letkol Untung tentang pengamanan presiden di sekitar Istora Senayan dan sempat memarahi Letkol Untung karena salah satu pintu Istora yang seharusnya ditutup, tidak diperintahkannya untuk ditutup.     Ajudan presiden, Kolonel KKO Bambang Widjanarko, mengaku menyampaikan titipan surat dari Letkol Untung untuk presiden yang dibawa oleh Sogol atau Nitri, anggota Detasemen Kawal Pribadi (DKP).   Presiden kemudian –masih menurut Kolonel KKO Bambang– meninggalkan acara pergi ke toilet, diiringi oleh Kolonel CPM Saelan, AKBP Mangil dan dia sendiri.    Di beranda muka, presiden membaca surat itu lalu memasukkan ke dalam sakunya.    Kolonel CPM  Saelan yang selalu berada di dekat presiden dan dalam rangka pengamanan senantiasa memperhatikan gerak-gerik presiden, memastikan tidak ada kejadian sebagaimana dikemukakan oleh rekannya, Kolonel KKO Bambang Widjanarko itu.    AKBP Mangil pun tidak pernah mengemukakannya, bahkan tidak melihat keberadaan Letkol Untung Samsuri sewaktu presiden Sukarno berangkat dari Istana Merdeka menuju ke Istora Senayan, demikian pula kembalinya ke Istana Merdeka.

https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/senayan-1.jpg?w=300

Pukul 23.00.     Presiden Sukarno meninggalkan Istora Senayan kembali ke Istana Merdeka.  Sesampai di Istana Merdeka, pengawalan resmi dibubarkan.    Kolonel CPM Maulwi Saelan meninggalkan istana pulang ke rumahnya sendiri.

Pukul 23.30.     Ketua CC PKI DN Aidit diantar oleh Mayor U Sujono bermaksud menemui Men/Pangau Laksdya U Omar Dani di kediaman mertuanya, tetapi gagal bertemu sebab Men/Pangau malam itu tidak berada di sana.  Beliau sebenarnya  jarang menginap di rumah mertuanya.     Kemudian  Mayor U Sujono membawa DN Aidit ke rumah anak buahnya, Sersan U Suwardi, di kompleks PAU Halim PK.

https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ea/Hotel_Indonesia1962.png/800px-Hotel_Indonesia1962.png

Pukul 24.00   Bung Karno meninggalkan Istana Merdeka secara  incognito dikawal oleh AKBP Mangil dan Tim dinas khusus, menuju ke Hotel Indonesia untuk menjemput ibu Ratnasari Dewi Sukarno, yang sedang menghadiri malam resepsi yang diselenggarakan oleh Kedutaan Irak.   Selanjutnya rombongan Bung Karno menuju ke kediaman ibu Ratnasari Dewi Sukarno di jalan Gatot Subroto.   Bung Karno bermalam di sana, sedangkan AKBP Mangil kemudian pulang ke rumahnya  sendiri.

1 Oktober 1965

https://i0.wp.com/images.magellanvacations.com/images/hotels/Mandalay-Bay-mandalaybaylasvegasrumjungle.jpg

Malam makin merayap di ibukota.   Sebagian besar penduduk telah melepas alam sadar dan tergolek atau meringkuk di tempat tidur, bahkan ada yang sudah terbuai oleh mimpi.    Sebagian lagi masih menikmati kehidupan malam di hotel-hotel besar, di café-café dan di bar-bar.  Di bawah penerangan lampu yang bersinar temaram di tempat-tempat hiburan tersebut, adalah wajah-wajah yang berbinar cerah, memerah dan bergairah.   Aroma alkohol rata merambah.   Sarinya  di dalam minuman, merasuki darah yang mengalir dan meluruh ke seluruh jaringan tubuh.    Menyengat simpul saraf otak dan menyulut denyut titik-titik kejut.   Orang-orang tampak duduk mengelilingi meja sambil bercengkerama dan mereguk minuman, atau melantai bersama menghentakkan kaki, meliukkan badan berdesakan laki-laki dengan perempuan, atau bermesraan di sudut-sudut yang gelap, di tengah alunan musik dari peralatan elektronik atau dari live group band akustik.

https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/salah-lorong-di-geylang-tapi-bukan-tempat-pelacuran-2.jpg?w=300

Di pelosok-pelosok tertentu dalam kota metropolitan Jakarta, pada lorong-lorong suram dan gang-gang yang temaram, perempuan-perempuan berpupur dan bergincu mengumbar bujuk rayu pada laki-laki yang mengajak berkelakar, menawar lalu bersepakat untuk mengamar.  Di emper-emper toko yang telah menutup etalase dan pintu, di taman-taman kota dalam gelap dibalik perdu, di tanah kosong dalam gubug-gubug karton berdebu, di bawah kolong jembatan yang gelap dan bau, para gelandangan mengisi malam sambil membisu.   Laki-laki dan perempuan, yang normal maupun yang edan, tanpa memilih bahkan hanya sekedar berpandangan, langsung mendekat dan merapatkan badan, berdekapan saling menghangatkan, lalu mereka melupakan semua kemiskinan dan kepedihan, atau hidup papa yang menyesakkan, untuk melepas rintih dan desah kepuasan dalam menikmati setetes kebahagiaan.

Sebuah kesibukan lain malam itu berlangsung dalam ketergesa-gesaan untuk melaksanakan rencana besar yang telah dirumuskan.

Pukul 01.30.    Letkol Untung, Brigjen Supardjo, Kolonel A Latief, Syam Kamaruzzaman dan Pono tiba di desa Lubang Buaya.    Menyusul kemudian kesibukan pasukan mempersiapkan diri untuk pelaksanaan operasi yang sebentar lagi akan dikomandokan.

Pukul 02.00.  Satu batalyon PPP AURI yang dijanjikan Mayor U Sujono ternyata tidak datang di desa Lubang Buaya.  Pasukan yang sedianya ditugasi ke kediaman Menkohankam/KSAB Jenderal A.H. Nasution itu segera diganti dari Batalyon-I /Resimen Cakrabirawa yang dipimpin oleh Pelda Jahurup.

http://mustaqimzone.files.wordpress.com/2010/02/a-yani.jpghttps://i0.wp.com/www.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/media/images/ks-tubun/951879-1-ind-ID/ks-tubun_medium.jpgPukul 03.00     Men/Pangau Laksdya U Omar Dani beristirahat di Markas Koops, minta kepada ajudan dr. Willy agar dibangunkan pada pulul 06.00   Pada saat yang sama, Kolonel U Wisnoe Djajengminardo juga memasuki kompleks PAU Halim PK.   Situasi di PAU Halim PK sunyi dan gelap.

Letkol Untung memerintahkan pasukan yang sudah ditunjuk segera berangkat menuju ke sasaran masing-masing.   Sejumlah kendaraan militer berisi pasukan bersenjata bergerak dari gedung PENAS yang dijadikan Sentral Komando, menuju ke sejumlah sasaran yaitu rumah beberapa jenderal TNI/AD.  Di setiap sasaran, pasukan itu menerobos masuk dengan kasar.   Menpangad Letjen A. Yani tersungkur ditembus peluru Sersan Gijadi setelah menempeleng seorang bintara yang memaksanya segera mengenakan baju.  Tubuh Letjen A. Yani diseret keluar dimasukkan ke dalam kendaraan.

https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/ah-nasution-2.jpg?w=150https://i0.wp.com/www.mabesad.mil.id/foto/g30spki/Tendean.jpgPasukan pengganti yang bertugas ke kediaman Menkohankam/KSAB Jenderal AH Nasution ternyata belum mengenal lapangan sehingga sempat keliru ke rumah Waperdam II Dr.J.Leimena dan menembak mati AIP Karel Satsuit Tubun, pengawal yang sedang bertugas jaga malam itu, sebelum akhirnya menuju ke sasaran yang seharusnya yaitu dua rumah di sebelahnya.   Suara ribut mereka dan tembakan ke arah pintu kamar menyebabkan Jenderal AH Nasution segera menyelinap ke luar dan memanjat  pagar tembok lalu menjatuhkan dirinya di pekarangan rumah Duta Besar Irak saat rentetan peluru berdesing menghunjam tembok yang baru saja dipanjatnya.   Kaki Jendral AH Nasution terkilir ketika menjatuhkan badan.   Pasukan penyergap merobohkan ajudan Menhankam, Lettu Czi Piere Tendean yang disangka Jenderal Nasution dan membawanya pergi.  Rentetan tembakan mengakibatkan kepala putri Jenderal Nasution yang baru berumur lima tahun, Ade Irma, luka parah.

https://i0.wp.com/images.nyamuklagi.multiply.com/image/QO4EkVjZgTghnAPZWmirVA/photos/1M/300x300/4362/latief.jpgPenyergapan malam hari itu terjadi juga di kediaman Mayjen Soeprapto, Brigjen Sutojo, Mayjen S.Parman, Mayjen Harjono MT, dan Brigjen Panjaitan.   Dalam keadaan terluka para jenderal itu dimasukkan ke dalam kendaraan dan dibawa pergi ke Lubangbuaya.   Syam Kamaruzzaman memerintahkan agar para jenderal itu dibunuh semuanya.   Penangkapan  berdarah yang bahkan menghilangkan nyawa para Jenderal itu dipertanyakan Kol. A.Latief kepada Letkol Untung karena telah menyalahi rencana awal yaitu ditangkap hidup-hidup untuk kemudian akan dihadapkan kepada Presiden/Panglima tertinggi.    Letkol Untung menjawab singkat bahwa karena sudah terjadi maka menjadi tanggungjawabnya.

Penyelesaian pelaksanaan gerakan yang berantakan.

Pukul 04.00   Mayor U Sujono datang di Makoops untuk menghadap Men/Pangau, tetapi ditolak oleh ajudan Men/Pangau, dr. Willy.

https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/letjenanumertam-tharyono.jpg?w=145http://teguhtimur.files.wordpress.com/2008/10/suprapto.jpg?w=145&h=192Pukul 04.30   Ajudan Letjen A.Yani, Mayor CPM Soebardi, terbangun karena pintu rumahnya digedor-gedor orang.    Setelah dibuka ternyata mbok Milah, pembantu rumah-tangga Letjen A.Yani, dengan gugup memberitahu bahwa Letjen A.Yani ditembak oleh penculik.     Ia segera mendatangi rumah Mayor CPM Soedarto sesama ajudan Letjen.A.Yani dan mengajaknya ke rumah Mayjen S.Parman, Mayjen Soeprapto, Mayjen M.T.Harjono untuk menanyakan keberadaan Letjen A.Yani.   Ternyata semua yang didatangi juga telah diculik seperti halnya Letjen A.Yani.

Pukul 05.00     Mayor CPM Soebardi dan Soedarto mendatangi rumah Mayjen Oemar Wirahadikusumah, Pangdam V Jaya, melaporkan apa yang mereka ketahui tentang Letjen A.Yani, Mayjen S.Parman, Mayjen Soeprapto dan Mayjen https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/s_parman.jpg?w=145M.T.Haryono.   Mayor CPM Soebardi menyarankan agar Mayjen Oemar Wirahadikusumah memerintahkan pasukan RPKAD di Cijantung untuk memasang rintangan jalan dan memeriksa setiap kendaraan yang lewat keluar dan masuk ibukota.    Pangdam V Jaya menyetujui sekaligus memerintahkan mereka berdua berangkat ke markas RPKAD di Cijantung.    Komandan RPKAD, Kolonel Inf. Sarwo Eddy Wibowo segera bertindak cepat memerintahkan pasukannya yang berada di Senayan dalam rangka latihan upacara HUT XX ABRI ditarik ke Cijantung terlebih dahulu karena mereka tidak membawa peluru.

Letkol U Heru Atmodjo datang di gedung Penas sesuai petunjuk Mayor U Sudjono malam sebelumnya, untuk menemui Brigjen Supardjo.  Selain Brigjen Supardjo berada pula di gedung Penas itu, Mayor Sukirno, Danyon-454/Raiders, Mayor Bambang Soepeno, Danyon-530/Raiders, Kolonel A.Latief, Mayor U Sujono, .Syam Kamaruzzaman, Ketua Biro Khusus CC PKI, dan Pono, Wakil I Biro Khusus CC PKI.   Letkol U Heru sempat mendengar Syam berkata kepada Pono bahwa “Si Nas lolos…”, lalu menyuruh Brigjen Supardjo untuk segera menghadap Presiden Sukarno di Istana dengan nada dan tekanan suara yang gampang dimengerti bahwa bila perlu presiden dibawa dengan paksa ke PAU Halim PK. Letkol U Heru Atmodjo karena merasa belum tuntas melaksanakan tugas dari Pangau Laksdya U Omar Dani terhadap Brigjen Supardjo apalagi mendengar dia akan menghadap Presiden Sukarno, bermaksud akan ikut serta ke Istana Merdeka.  Mayor U Sujono berfikir bahwa kalau presiden Sukarno jadi dibawa ke PAU Halim PK, maka harus dipersiapkan tempatnya terlebih dahulu, maka AURI harus diberitahu.   Brigjen Supardjo bersama Mayor Sukirno, Mayor Bambang Supeno dan Letkol U Heru Atmodjo, berangkat ke Istana Merdeka dengan mengendarai jeep.     Kemudian  Syam dan yang lainnya  pun meninggalkan gedung Penas menuju ke Senko-II di rumah Sersan U Anis Soejatno, bintara PPP, di kompleks perumahan PAU Halim PK.

Mayor U Sujono datang lagi di Makoops untuk menghadap Men/Pangau tetapi ditolak lagi oleh ajudan.    Karena penolakan yang kedua kali ini, Mayor U Sujono lalu pergi ke rumah Komodor U Susanto, Direktur Operasi yang sering menjadi penerbang pesawat kepresidenan, memberitahu bahwa presiden Sukarno akan datang ke PAU Halim PK.     Dari rumah Komodor U Susanto,  Mayor U Sujono lalu menuju ke rumah Sersan U Suwardi untuk menemui DN Aidit.

Pukul 05.15  Kepala Staf Resimen Cakrabirawa, Kolonel Maulwi Saelan, menerima tilpun dari salah seorang ajudan presiden, Kombes Pol Sumirat, bahwa Kombes Pol Anwas Tanumihardja dari Komdak Jaya memberitahukan adanya penembakan di rumah Waperdam II Dr.J.Leimena dan Menkohankam/KSAB Jenderal AH Nasution.

Pukul 05.30   Petugas piket Detasemen Kawal Presiden (DKP), Pembantu Inspektur Polisi (PIP) I  Soetomo menerima laporan dari sentral telepon istana bahwa hubungan telepon dari luar ke istana diputus sedangkan alasannya belum diketahui.    Ia juga melihat sepasukan tentara dari Dharma Putra Kostrad Diponegoro sebanyak 1 kompi berkendaraan truk dan jeep, berhenti di depan kantor piket DKP.   Seorang Letnan dua datang menemuinya, memperkenalkan diri dengan nama Mandras, bertanya di mana letak gedung DPA karena mereka ditugasi menjaga keamanan gedung itu dan sekitarnya.    PIP I Soetomo menunjukkan gedung DPA yang dimaksudkan sambil meminta agar mereka memberitahu dulu Posko Istana.    Gedung DPA itu letaknya di antara Istana Merdeka dengan asrama DKP.

http://suciptoardi.files.wordpress.com/2008/02/dewi-sukarno.jpgKombes Sumirat menilpun Kolonel M Saelan lagi memberitahukan bahwa di sekitar Istana terdapat konsentrasi tentara tidak dikenal.    Pada saat yang sama, Komandan Detasemen Kawal Pribadi, AKBP Mangil, menerima telepon dari anggota DKP yang sedang mengawal presiden di Slipi, IP I Sardi, memberitahukan bahwa hubungan telepon istana diputus oleh Kantor Telepon Gambir atas perintah tentara yang menjaga di sana.   Setelah itu ia menerima telepon bertubi-tubi dari IP II Didi Kardi Hidayat dan Kabag I DKP, Jatiman, mengenai pasukan Dharma Putra Kostrad Divisi Diponegoro dan Brawijaya yang  berjaga di sekitar istana presiden, penembakan di rumah Dr.J.Leimena dan Jenderal AH Nasution.     AKBP Mangil segera menuju ke rumah ibu Ratnasari Dewi Sukarno untuk menjemput presiden dan meminta Kasi II DKP, Djokosuwarno, agar mengamankan jalan yang akan dilalui oleh presiden dari Slipi ke Istana Merdeka.

https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/picture121.jpg?w=300

Pukul 06.00  Atas perintah Brigjen Umar Wirahadikusumah, Pangdam V Jaya, Letkol Sajiman datang ke rumah Pangkostrad Mayjen Suharto untuk melaporkan bahwa di sekitar tugu Monas dan Istana Merdeka terdapat konsentrasi pasukan yang tidak dikenal.    Mayjen Suharto memerintahkan agar segera kembali ke Pangdam V Jaya melaporkan bahwa Mayjen Suharto akan segera ke Makostrad untuk sementara mengambil komando Angkatan Darat karena sudah mendengar kabar tentang penculikan Jendral Nasution, Letjen A.Yani dan beberapa Pati lainnya.     Pangkostrad tidak menjelaskan dari mana ia memperoleh kabar tersebut.

Kepala Departemen Psychiatri RSPAD Gatot Subroto, Brigjen dr. Amino, datang ke rumah Mayjen Pranoto Reksosamodra memberitahu tentang diculiknya Letjen A.Yani dan beberapa Pati lainnya oleh sepasukan bersenjata yang tidak dikenal.    Mayjen Pranoto segera berangkat ke MBAD, menerima laporan dari beberapa sumber di sana, lalu karena merasa yang paling senior di MBAD, Mayjen Pranoto mengadakan rapat darurat dengan para Asisten Menpangad atau wakilnya yang saat itu hadir di MBAD.  Rapat memutuskan menunjuk Mayjen Suharto, Pangkostrad, agar bersedia mengisi pimpinan AD yang sedang kosong.  Keputusan rapat tersebut akan disampaikan kepada Mayjen Suharto pagi itu juga di Makostrad.

Pukul 06.30    AKBP Mangil menerima laporan dari Djokosuwarno bahwa rute ke Istana Merdeka dalam keadaan aman, pasukan Kostrad Diponegoro dan Brawijaya membiarkan lewat mobil yang penumpangnya berseragam DKP.    Presiden Sukarno terlihat telah keluar dari rumah dan langsung menuju ke mobil.    AKBP Mangil melaporkan kejadian penembakan yang ia dengar dan masih menunggu kabar hasil pengecekan kebenarannya dari Jatiman.    Presiden menghardik dengan nada keras mengapa kejadian pukul 04.00 masih belum juga diperoleh keterangan jelas yang sebenarnya.    AKBP Mangil memberitahu presiden bahwa rute ke Istana Merdeka telah diamankan dan mempersilakan presiden masuk ke dalam mobil untuk segera berangkat ke Istana Merdeka.

https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/logo_rri_news_1.jpg?w=300Pukul 07.00    Radio Republik Indonesia menyiarkan pengumuman mengejutkan. Pada hari Kamis 30 September 1965 telah terjadi gerakan militer dalam Angkatan Darat dengan dibantu oleh pasukan dari Angkatan lainnya, dan telah  menangkap sejumlah Jenderal TNI/AD anggota Dewan Jenderal, sebuah kelompok subversif yang disponsori oleh CIA, karena merencanakan coup menjelang hari Angkatan Bersenjata 5 Oktober 1965.   Sebuah Dewan Revolusi Indonesia dan Dewan-Dewan Revolusi Propinsi akan segera dibentuk.   Partai politik, Organisasi massa, Media, dapat meneruskan kegiatan seperti sediakala asal menyatakan kesetiaaannya kepada Dewan Revolusi Indonesia.    Komandan dari Gerakan 30 September ini adalah Letkol Untung Syamsuri, Komandan Batalyon I Kesatuan Kawal Cakrabirawa.    Dalam waktu singkat Komandan Letnan Kolonel Untung akan mengumumkan dekrit pertama tentang Dewan Revolusi Indonesia yang kemudian akan disusul oleh dekrit-dekrit lain.

( Di kompleks Setasiun Radio Pemancar Skyline, Jayapura, saya sedang memperbaiki sebuah pesawat pemancar teleponi yang mengalami gangguan berdasarkan laporan petugas zenderwacht malam, tatkala RRI Jayapura menyiarkan siaran-relai dari RRI Pusat di Jakarta itu.   Saya tertegun mendengarnya lalu bergegas berlari ke depan pesawat pemancar Redifon RRI Jayapura.    Dari pengamatan sekilas atas penunjukan meter-meter pengukur saya menyimpulkan pemancar dalam keadaan normal.   Kemudian saya bergegas berlari ke ruang bedrijf. Sudut mata saya melihat Salmon Kbarek dan Mozes Jarangga memperhatikan ulah saya dengan wajah keheranan.   Volume suara pesawat monitor saya besarkan sedikit dan saya menyimak siaran berita dari RRI Jakarta tersebut.    Dewan Jenderal ?  Sebuah istilah yang asing bagiku, walau dapat saya pahami makna harfiahnya.   Letkol Untung Syamsuri ….. ini pun sebuah nama yang belum pernah saya dengar.    Komandan Batalyon I Kesatuan Kawal Cakrabirawa ?  Bukankah ini para petugas pengawal presiden Sukarno, fikirku ….. apakah atas perintah presiden?   Mengapa tidak beliau berhentikan saja jenderal-jenderal itu dan diganti dengan yang lainnya, fikirku lebih lanjut.    Komandan Letnan Kolonel Untung akan mengumumkan dekrit pertama tentang Dewan Revolusi Indonesia ?   Saya berfikir agak lama di sini.    Ada sesuatu yang tidak beres …. mengapa tidak diumumkan oleh presiden, atau ……… jangan-jangan presiden Sukarno telah terlebih dulu ditahan oleh para pengawalnya sendiri ……. ).

https://i0.wp.com/images.ylanggeng.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/R9FcawoKCs8AABXYFmA1/Haryati.jpeKetika rombongan mobil presiden Sukarno melewati jembatan Dukuh Atas dekat Hotel Indonesia, AKBP Mangil menerima berita dari Jatiman bahwa pasukan Kostrad yang berjaga di sekitar Istana Merdeka ditengarai mencurigakan.    AKBP Mangil segera memberitahu  Letkol Suparto yang mengemudikan mobil presiden dan pengemudi jeep DKP agar membelok ke kiri masuk ke jalan Kebon Sirih, atau kalau sudah melewati perempatan belok kirinya di jalan Budi Kemulyaan.    Kolonel CPM Saelan yang sudah tiba di kediaman ibu Haryati Sukarno menghubungi AKBP Mangil dan setelah menerima laporan tentang  posisi rombongan presiden lalu memerintahkan agar rombongan diarahkan ke Grogol menuju ke kediaman ibu Haryati Sukarno.

Brigjen Supardjo tiba di Istana Merdeka bersama Letkol (U) Heru Atmodjo, Mayor Sukrisno dan Mayor Bambang Supeno, untuk menghadap presiden Sukarno tetapi gagal bertemu karena presiden belum tiba di istana.    Kemudian Letkol U Heru  meninggalkan Istana Merdeka pergi ke MBAU dengan menumpang kendaraan perwira TNI/AU yang lewat.     Di MBAU ia bertemu Komodor Dewanto yang memberitahu tentang siaran radio RRI mengenai G30S.   Dari MBAU Letkol U Heru berangkat lagi ke PAU Halim.     Di Istana Merdeka, Brigjen Supardjo dan kedua rekannya masih menunggu kedatangan presiden Sukarno.    Ia menyadari pelaksanaan gerakan tidak sesuai dengan yang direncanakan.   Para Jenderal TNI/AD yang diculik ternyata dibunuh semua.   Janji Syam Kamaruzzaman untuk mengerahkan satu juta massa di Jakarta mendukung gerakan G30S ternyata tak terbukti.   Dapur umum untuk menyediakan makan tentara dan sukarelawan yang melaksanakan tugas pun tidak terwujud.

Pukul 07.15     Kolonel U Wisnoe Djajengminardo tiba di Maops dimana Men/Pangau sedang berunding dengan Komodor U Leo Wattimena yang baru saja melaporkan tentang siaran RRI mengenai G30S.      Mereka teringat saran Letkol U Heru Atmodjo untuk membuat surat pernyataan Men/Pangau bila apa yang dilaporkannya terjadi, dan memang terjadi.    Lalu disusunlah bersama Komodor Leo Wattimena surat pernyataan berupa Perintah Harian Men/Pangau, yang langsung dibawa ke MBAU untuk disempurnakan lebih lanjut oleh Komodor U Ign Dewanto.

Pukul 07.30    Rombongan presiden Sukarno tiba di kediaman ibu Haryati Sukarno. Ketika bertemu presiden, Kolonel CPM Saelan melaporkan peristiwa mengejutkan pagi itu sebanyak yang ia dengar.   “Wat will je met me doen ? (Akan kau bawa kemana saya?)”, tanya presiden.    Kolonel Saelan  mengusulkan akan membawa presiden ke PAU Halim PK dimana pesawat kepresidenan Jet Star selalu siap ditempat.   Presiden Sukarno setuju.    Letkol Suparto diperintahkan menghubungi PAU Halim PK memberitahu rencana kedatangan presiden dan ke semua Panglima Angkatan agar menyusul presiden ke PAU Halim PK.     Berita RRI didengar juga oleh para pengawal presiden Sukarno dan anggota Resimen Cakrabirawa lainnya.   Keterlibatan Letkol Untung sebagai pemimpin gerakan 30 September sangat mengejutkan mereka.

Pangkostrad Mayjen Suharto tiba di Makostrad dan menerima laporan dari komandan piket berdasarkan informasi dari intel yang bertugas bahwa rombongan presiden Sukarno yang akan menuju ke istana terlihat membelokkan arah perjalanan berputar di prapatan Pancoran menuju ke pangkalan Halim Perdana Kusumah.   Setelah menerima laporan tersebut, Mayjen Suharto tidak berusaha menghubungi presiden. Pagi itu juga Pangkostrad Mayjen Suharto menerima pemberitahuan dari MBAD mengenai penunjukan dirinya untuk mengisi pimpinan Angkatan Darat yang sedang kosong.

https://i0.wp.com/images.harryyuliarto.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/RxLUqAoKClAAAEojMKU1/Omardhani.jpgPukul 08.00     Komodor U Susanto melaporkan berita bahwa presiden Sukarno akan datang di PAU Halim PK  kepada Komodor Leo Wattimena, Panglima Koops Udara, melalui Kapten U Hanafie.

Pukul 08.15      Men/Pangau Laksdya U Omar Dani menerima pemberitahuan akan datangnya presiden Sukarno ke PAU Halim PK baik dari Komodor U Leo Wattimena maupun per telepon dari Letkol Suparto.    Ia mencoba menarik kembali surat Perintah Harian Men/Pangau untuk dikonsultasikan dengan presiden terlebih dahulu, namun surat Perintah Harian Men/Pangau tersebut telah terlanjur dibawa ke MBAU untuk disempurnakan dan selanjutnya akan disiarkan.      Ia merasa  telah berbuat tergesa-gesa.

Pukul 08.30    Presiden Sukarno dan rombongan pengawal meninggalkan rumah ibu Haryati Sukarno menuju ke PAU Halim PK, berganti mobil dari semula Chrysler warna hitam ke  mobil VW kecil warna biru laut.    Dalam mobil itu presiden Sukarno ditemani oleh Jaksa Agung Muda Sunaryo.

http://pincurantujuah.files.wordpress.com/2009/11/pki-cewek1.jpg?w=300&h=199

—ooo—

Pustaka:

1.   Menyingkap Kabut Halim 1965, Aristides Katoppo dkk., 2000

2.   Kesaksian Tentang Bung Karno 1945 – 1967, H.Mangil Martowidjijo, 1999

3.   Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai, G30S-PKI Dan Peran Bung Karno, Soegiarso Soerojo, 1989

4.   Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia, Latar Belakang, Aksi, dan penumpasannya,  Sekretariat Negara RI, 1994.

5.     Kehormatan Bagi Yang Berhak, Manai Sophiaan, 1994

6   Politik Militer Indonesia 1945 – 1967 Menuju Dwi Fungsi ABRI, Ulf Sundhaussen, 1988.

Image Properties:

1.  http://kampungpadi.files.wordpress.com/2009/10/pancasilasakti.jpg?w=390&h=259&h=259

2.  http://serbasejarah.files.wordpress.com/2010/03/letkol-untung.jpg?w=149&h=239

3.   http://images.travelpod.com/users/nickpalfreyman/indonick.1201454340.young_suharto.bmp

4.   https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/dn-aidit.jpg?w=108&h=164

5.  https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/img_0191copy.jpg?w=153&h=166

6.   http://catatanbujangan.files.wordpress.com/2010/01/saelan.jpg?w=131&h=147

7.  https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/senayan-1.jpg?w=400&h=297

8.http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ea/Hotel_Indonesia1962.png/800px-Hotel_Indonesia1962.png

9.  http://images.magellanvacations.com/images/hotels/Mandalay-Bay-mandalaybaylasvegasrumjungle.jpg

10.https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/salah-lorong-di-geylang-tapi-bukan-tempat-pelacuran-2.jpg?w=330&h=273

11.  http://mustaqimzone.files.wordpress.com/2010/02/a-yani.jpg?w=113&h=158

12.http://www.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/media/images/ks-tubun/951879-1-ind-ID/ks-tubun_medium.jpg

13.  http://www.mabesad.mil.id/foto/g30spki/Tendean.jpg 

14.  http://www.tmore-online.com/tmore/upload/hero/ah-nasution-2.jpg

15.http://images.nyamuklagi.multiply.com/image/QO4EkVjZgTghnAPZWmirVA/photos/1M/300×300/4362/latief.jpg?et=wOEXlXR%2C5kCVX063tXGOow&nmid=0

16.   https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/letjenanumertam-tharyono.jpg?w=102&h=135

17.  http://teguhtimur.files.wordpress.com/2008/10/suprapto.jpg?w=105&h=192&h=137

18.  https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/s_parman.jpg?w=106&h=137

19.   http://suciptoardi.files.wordpress.com/2008/02/dewi-sukarno.jpg?w=126&h=153

20.  https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/picture121.jpg?w=320&h=232

21.https://rubijanto.files.wordpress.com/2010/09/logo_rri_news_1.jpg?w=300

22.http://images.ylanggeng.multiply.com/image/1/photos/upload/300×300/R9FcawoKCs8AABXYFmA1/Haryati.jpe?et=nKNG6NEQ002sHUoSOI2fSw&nmid=

23.http://images.harryyuliarto.multiply.com/image/1/photos/upload/300×300/RxLUqAoKClAAAEojMKU1/Omardhani.jpg?et=wdHmuhhbutgdU4Nb1cWZKw&nmid=61972616

24.     http://pincurantujuah.files.wordpress.com/2009/11/pki-cewek1.jpg?w=300&h=199&h=199


By Djaka Rubijanto Posted in Artikel

6 comments on “MALAM BERDARAH

Leave a reply to Djaka Rubijanto Cancel reply